Shidq: Sebuah Do’a, Sebuah Jalan

Hidup itu sederhana. Sehingga kesederhanaan itu membuat kita sebenarnya memiliki banyak kesempatan menikmati kehidupan –memberikan banyak kemanfaatan-. Begitulah, ketika saya menyelami lebih dalam do’a yang Allah ajarkan kepada Rasulullah dalam Q.S. al-Israa’: 80. Do’a itu menyebut sebuah jalan terbaik dalam meniti alur perjalanan kehidupan. Jalan itu adalah shidq, benar.

Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (Q.S. al-Israa’: 80)

Hidup itu sederhana. Cukup ketika kita menjalaninya dengan benar. Lihatlah ada banyak mereka yang gelisah dan tertekan, karena menjalani hidup dengan tercampur yang tidak benar. Boleh jadi karena tak seiring nurani, ada sekelumit dusta, atau pernah terucap kata atau sikap yang menyakitkan lainnya. Maka sesekali maaf menjadi kisah yang membenarkan. Saat ia jujur, dan berujung kesempurnaan perbaikan dari kesalahan.

Dan ketika yang kita tuju dalam hidup ini adalah ridhaNya dan surgaNya, maka satu-satunya jalan adalah kebenaran. Kebenaran yang sempurna, dalam hati dan pikiran, dalam lisan, dan dalam amal perbuatan. Juga ketika yang ingin kita dekap adalah keberkahan –secara sederhana, adalah ziyadatul khair atau bertambahnya kebaikan, dalam keadaan apapun-, maka ia menjadi jawaban Allah pada kebenaran yang kita ikhtiyarkan; dalam niat (shidqun niyah), tekad (shidqul ‘azm), komitmen (shidqul iltizam), dan kerja-kerja kita (shidqul ‘amal).

Do’a itu merangkum pinta kita tentang jalan terbaik; shidq. Allah mengajari kita untuk meminta cara masuk yang benar (mudkhola shidq) dan cara keluar yang benar (mukhraja shidq). Akhirnya ia berbicara tentang keseluruhan amal. Yaitu –berulang kali berusaha saya katakan agar menjadi penyemangat amal-, benar sepanjang perjalanan. Juga mencelup hakikat kebenaran, yang berhubungan dengan Allah, disebabkan oleh Allah, dan mengantarkan menuju Allah. Cara masuk, cara memulai, kita meminta kebenaran padanya dalam bentuk kejernihan niat, karena Allah. Cara keluar, cara mengakhiri, kita meminta kebenaran padanya dengan dalam wujud surga dengan keindahannya, sebuah ejawantah kejernihan tujuan akhir, juga karena Allah. Di antara kedua kebenaran, beruntai kebenaran-kebenaran karena Allah yang mempertemukan kedua ujung kebenaran, jadilah ia menyempurna. Menyempurna karena Allah. Terkenang sebuah pesan yang pernah ustadz sampaikan; Jangan sampai kita mencintai Allah, bukan karena Allah. Ya. Betul!

Shidq, adalah jalan yang Allah pilihkan. Shidq, adalah do’a yang Allah ajarkan untuk menjalani hidup. Shidq, indah sejak dalam niat, lisan, tekad, komitmen, amal, hingga berujung surga. Semoga Allah senantiasa membimbing kita menjalani hidup dengan shidq. Wallahua’lam bishshawab.

Semarang, 7 Juli 2010
Pagi ini, meninggalkan ngaji bersama Ust. Salim, karena masih di luar kota. Semoga dipertemukan kembali pekan depan. Selalu ada kerinduan untuk menimba ilmu. Dan semoga ini, renungan-renungan dan kutipan-kutipan ini, berbuah keberkahan; memperbaiki diri ini yang masih compang-camping dalam niat hingga amal. Allahumaghfirlii…….

One thought on “Shidq: Sebuah Do’a, Sebuah Jalan

Leave a comment